MemantaskanDiri, Menjadi Yang Tepat, Dan Bersiap Untuk Dipilih
“Patah hati bukan berarti menjadikan kita menutup diri ketika suatu saat datang cinta yang lain….”
http://catatankecil.com/wp-content/uploads/2015/07/pernikahan.jpg |
Jatuh cinta. Patah hati. Jatuh cinta lagi. Patah hati lagi. Lingkaran
setan dalam kehidupan percintaan sangat jelas terasa. Kita terus
menerus berada dalam posisi itu, cepat atau lambat. Layaknya kehidupan,
cinta adalah siklus yang membentuk kurva U. Jatuh cinta diiringi patah
hati dan kemudian cinta yang lain datang. Sampai akhirnya, kita
menemukan ujung dari pencarian cinta, menjadi yang paling tepat sesuai
besaran pemantasan diri kita.
Aku Pernah Begitu Mencinta Tanpa Celah
“Kita mengikat janji yang begitu manis untuk hidup bersama suatu hari nanti….”
Jatuh cinta itu menyenangkan. Emosi bahagia selalu dirasakan. Rindu lagi dan terus merindu akan hadirnya.
Kasih, saat ini ku merindu
Aku ingin menggulung jarak
Agar sekat menjadi kabur
Tapi apa kuasa
Kau siang aku malam
Kasih, tak apa
Tak perlu sesedu itu
Mentari dan bulan pun tak kunjung jua
Nyanyikanlah air
Dendangkanlah angin
Kasih, aku rindu
Cinta ini menenggelamkanku
Di samudera kesetiaan
Dalam bahtera kesabaran
Kasih, mainkan rinduku
Yang berdesir di puncak tertinggi
Melenakanmu
Kasih, jumpakan aku
Ketika pulau telah ku gulung
Ketika sekat telah ku singkap
Mampuslah rindu
Terbakar gejolak cinta
Ketika dua menjadi lebur
(Puisi Rindu karya Jesika Rizky Ananda)
Mudah
sekali keluar kata manis saat aku jatuh cinta padamu. Jatuh cinta
terbaik yang mungkin pernah aku rasakan sebelum kemudian kau membuatku
benar-benar jatuh tanpa cinta. Jatuh cinta tidak pernah salah. Cinta
sendiri merupakan titipan dan anugerah dari Sang Pemilik Hati.
Bersyukurlah kita yang bisa merasakan cinta. Karena berarti kita sudah
mati, jika cinta tak lagi bisa kita rasakan. Kita hidup dengan cinta.
Jatuh cinta memang haru sepenuhnya. Harus totalitas. Sehingga
masing-masing pasangan akan sama-sama merasakan kebahagiaan dari cinta
itu. Saat aku jatuh cinta padamu, tak pernah terbayangkan bahwa akan ada
yang lebih darimu. Yang selalu kudoakan adalah kita selalu bersama
selamanya.
Sungguh Hati Telah Dibolak-Balik
“Aku pernah begitu percaya dengan masa depan, hingga akhirnya kecewa, dan memilih untuk tenggelam di masa lalu….”
Kau
bilang akulah penyemangat yang menarikmu keluar dari zona malas. Kau
begitu lihai memanjakan hati yang memang selalu haus akan manjaan. Aku
menikmatinya, sungguh menikmati hari-hari yang dulu kita lalui bersama.
Bersamamu aku rasa bahwa masa depanku akan indah. Namun aku luput bahwa
apa yang dirasa oleh hati adalah skenario Sang Pemilik Hati. Jika di
tengah jalan Dia merasa ada yang salah dan sebagian skenario harus
diubah, maka berubahlah hati itu. Dari yang dulu kau begitu mencinta,
hingga kini seakan aku bunga tak sedap yang harus dihindari oleh
pandangan matamu. Bahkan tak secercah cahaya pun. Ia sedang sungkan
menemani. Hatimu telah dibolak dan dibalik, untuk kemudian diambil dan
dijatuhkan kepada yang lain. Aku bisa apa. Aku cukup mengadu kepadaNya
untuk memohon hatimu kembali. Tak juga Dia kembalikan hatimu untukku.
Sehingga kini aku tak lagi percaya masa depan.
“Ah hati… kau terlalu lemah. Tak bisakah kau memilih orang yang tepat untuk kau tangisi?”
Kututup Hati Lalu Mengutuk Diri
“Memang rasa ini belum hilang sepenuhnya. Hanya kesadaranku yang penuh. Bahwa aku tak cukup baik. Jadi, sudahi saja…”
Di
beranda sebuah rumah. Bumi tergenang hujan beberapa menit yang lalu.
Sunyi. Kelabu. Namun tatkala aku menatap langit biru, sejumlah spektrum
warna membentuk lengkungan indah setengah lingkaran. Pelangi. Dia
selalu muncul sesaat setelah langit menangis. Dirinya membawa keceriaan
bagi mereka yang berduka. Namun hadirnya hanya sesaat. Begitu sesaat.
Sehingga belum sampai sepenuhnya aku menikmati setiap warnanya, dia
telah pergi. Ya, semenjak itu, aku menutup hati ini dan mulai mengutuki
diri. Tak lagi aku percaya laki-laki. Begitu pun cinta. Memandang sinis
akan sebuah pernikahan. Aku sudah tak memiliki hasrat untuk mencintai
ataupun dicintai. Ternyata Dia hadir dengan membawa takdir sebagai
pelangi yang tak akan abadi.
“Kita tak pernah bertemu ujung. Sehingga soal rasa, selalu tanpa penyelesaian.”
Memantaskan Diri Untuk Dipilih
“Patah hati bukan berarti menjadikan kita menutup diri ketika suatu saat datang cinta yang lain….”
Skenario
Sang Pemilik Hati selalu luar biasa. Memang benar, apa pun itu tidak
akan dibiarkan pergi dan hilang kecuali digantikan dengan yang lebih
baik. Saat kita kehilangan orang yang kita pikir terbaik, Dia gantikan
dengan orang lain yang tak hanya lebih baik, tapi akan menjadi partner
sekaligus guru untuk kita memperbaiki diri.
“Masa lalu adalah yang paling jauh dalam kehidupan manusia. Kita tidak akan bisa mencapainya. Cari hikmah lalu belajarlah.”
Selalu
ada pilihan terlepas dari apa dan siapa dirimu. Melakukan yang bisa
kita lakukan. Atau melakukan apa yang diinginkan mereka. That’s choice.
Jangan terlalu lama membisu. Tidak ada yang suka meninggalkan tanya
tanpa jawab. Percuma kalau hati masih yang lama. Sedang waktu terus
berlari meninggalkan kita. Karena sesuatu yang telah pergi, meskipun
kembali, ia tak lagi dengan rasa yang sama.
Aku dipertemukan
dengannya. Ia yang pada akhirnya berhasil memperbaharui kepesimisan
pikiranku akan cinta dan pernikahan. Ia hadir dengan begitu mempesona
dan semua rencana membangun rumah tangga. Jelas. Tak mudah untukku
percaya. Karena menurutku, aku tidak pantas merasakan pernikahan.
Apalagi disandingkan dengannya yang hampir sempurna. Aku tak pantas.
Tidak benar-benar pantas. Hal ini tak lantas membuatnya berlalu. Lambat
laun aku bisa merasakan, bahwa skenario hidup terus berlanjut. Sang
Pemilik Hati menginginkanku untuk kembali jatuh cinta dan memberi
kesempatan pernikahan. Bukan kodratku untuk mendahului takdir.
Kupantaskan diriku. Aku ingin menjadi tepat untuk dipilih. Focus pada
banyak kelebihanku dan berdamai dengan kekuranganku. Menunjukkan bahwa
kekuranganku bukan hal yang bisa mengahalangi kebahagiaanku.
Sampai
akhirnya, terbentuk “Rumah Pelangi.” Sebagaimana pelangi yang indah
karena tersusun dari berbagai spektrum warna. Ya, Rumah Pelangi ini
indah karena dibangun dari perbedaan warna dalam hidup. Rumah Pelangi
ini kami bangun semenjak ijab kabul terucap dan janji suci diikat.
Bersamanya yang mengembalikan ke optimisan dan kepercayaan diriku
mengenai sebuah hubungan.
“Kamu adalah Nila. Walaupun tidak begitu jelas, namun tanpa kamu, pelangi bukanlah pelangi….”
Kata-kata
itu yang membuatku selalu mengagumi pelangi. Membuat aku sadar, bahwa
aku ada, berarti, dan bahkan memberi warna baginya. Aku mendapatkan apa
yang aku usahakan. Ia yang tepat aku dapatkan dari pemantasan diri.
Karena menjadikan diri kita sosok yang terpilih, butuh perjuangan.
Pantaskan diri. Ia yang tepat akan datang dengan sendirinya.
Kini,
Rumah Pelangi akan selalu Aku ceritakan kepada mereka yang sedang
mencari-cari kebahagiaan. Bahagia bukan dicari, tetapi diciptakan
sendiri melalui pemantasan diri. Dan kebahagiaan itu akan terasa dengan
sendirinya ketika perbedaan menjadi warna-warna indah pelangi. Aku berjanji padamu, Pelangi.
PECAHHHH :(((
BalasHapus